Search and Hit Enter

Mental Health Problems, Bisakah Diasuransikan?

Di Indonesia saat ini sedang ramai membahas terkait “Mental Health Problems atau Mental Health Issues”. Dari hal tersebut banyak sekali pendapat yang diutarakan oleh para ahli, masyarakat biasa dan kalangan selebriti. Mereka memiliki sudut pandang bahwa Mental Health itu sangat penting untuk kelangsungan hidup setiap manusia dalam menjaga keseimbangan disetiap harinya. 

Mental health atau kesehatan mental adalah kesehatan psikologis, fisik dan rohani (mental) yang harus terjaga kewarasannya dalam kondisi apa pun, baik dalam ruang lingkup budaya, keseharian, pekerjaan, pendidikan, pertemanan, social media dan kejadian-kejadian di dalam kehidupan dengan kemampuan diri untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga menemukan kepuasan dalam hidup.

Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik, biasanya dicirikan antara lain, mampu mengontrol diri dengan baik, memilik optimisme tinggi, cepat bangkit dari keterpurukan, dan tidak Keberatan dikritik orang lain.

Nah, dari ciri-ciri diatas, apakah Anda sudah memenuhi semuanya? Jika iya, berarti kesehatan mental Anda dalam keadaan baik. 

Mental Illness

Salah satu masalah kesehatan mental yang sering terjadiadalah “Mental Illness”. Mental Illness adalah gangguan kesehatan mental yang mengacu kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati atau perilaku seseorang. Kondisi ini bisa terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama. Di antaranya stres, depresi, gangguan kecemasan, ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder), gangguan makan, gangguan stres pascatrauma dan skizofrenia (mental illness yang terjadi saat penderitanya tidak mampu membedakan kenyataan dan pikirannya sendiri). 

Hal demikian dialami oleh kalangan remaja, saat ini ramai disebut dengan julukan Gen Z. Gen Z merupakan generasi yang terdiri dari remaja kelahiran 1997–2010 dan paling tertekan saat ini. Banyak sekali isu kesehatan mental yang menyerang generasi ini. Menurut Western Governors University, hanya 45% individu gen Z yang mengatakan bahwa kesehatan mental mereka sangat baik. Angka ini 11% lebih rendah dari generasi sebelumnya, yakni generasi milenium. Fakta mengenai isu tersebut sebagai berikut:

Pertama, masalah kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Menurut Pew Research Center 70% remaja dari berbagai ras, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan keluarga mengatakan bahwa kecemasan dan depresi adalah masalah yang paling banyak dialami oleh mereka saat ini. Penelitian lainnya juga mengungkapkan bahwa >1-8 orang Amerika berusia 12-25 tahun mengalami masalah besar yakni rasa cemas, stres dan depresi yang dialami disebabkan oleh faktor yang berasal dari lingkungan mereka, seperti kekerasan, pelecehan, kekhawatiran akan ketidakstabilan keuangan, politik, dan juga media sosial.

Kedua, generasi yang paling banyak melakukan konseling. Sekitar 37% melaporkan bahwa mereka menerima bantuan dari psikolog atau ahli kesehatan mental lainnya. Namun, hanya separuh yang mengatakan bahwa mereka berhasil mengelola stres mereka. 

Ketiga, media sosial memegang dampak besar pada isu kesehatan mental gen Z. Perkembangan teknologi dan banyaknya media sosial yang beredar saat ini membuat kecanduan. Dampak negatifnya yaitu merasa tertekan dan terisolasi serta kesepian yang intens semenjak era komunikasi digital. Bahkan banyak kasus bunuh diri di Amerika yang disebabkan oleh penggunaan media social yang kurang baik, menciptakan generasi yang individualis dan rendah akan rasa simpati. 

Keempat, pandemi COVID-19 memperparah situasi dan kesehatan mental gen Z yang memaksa untuk melangkah keluar dari rutinitas keseharian normal mereka, kehilangan orang tua dan anggota keluarga, mengalami PHK, pengurangan gaji yang makin memperburuk situasi keuangan, belajar dari rumah menghadirkan tantangan karena harus membeli berbagai perlengkapan, seperti komputer, gadget, printer, dan kuota internet yang memaksa keluarga berpenghasilan rendah harus berjuang lebih untuk menghasilkan uang untuk biaya tambahan ini. Banyaknya tekanan zaman yang dialami membuat generasi ini sangat rentan akan masalah kesehatan mental. Di era digital yang serba mudah, nyatanya tidak membuat hidup menjadi 100% lebih baik.

Mungkinkah Diasuransikan?

Jika dilihat dari sudut pandang asuransi, banyak peluang untuk menciptakan produk asuransi yang dapat membantu Mental Health Problems tersebut. Bisa melalui produk Asuransi Kesehatan misalnya, dimana asuransi kesehatan merupakan asuransi yang memberi proteksi terhadap biaya kesehatan secara material. Contohnya asuransi Kesehatan pemerintah yaitu “BPJS Kesehatan” dimana saat ini sudah hampir seluruh warga Indonesia melakukan pemeriksaan, konsultasi, pengobatan hingga pembedahan menggunakan pelayanan dan manfaat dari BPJS yang mana sangat membantu perekonomian bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah dalam hal kesehatan.

Dikarenakan banyak masyarakat yang belum insured minded di Indonesia, saran saya pembuka jalannya bisa melalui BPJS untuk melakukan praktik langsung terkait pentingnya “Mental Health” untuk diasuransikan. 

Cara yang bisa ditempuh, antara lain melakukan:

  1. Sosialisasi produk “Asuransi Kesehatan”, sehingga masyarakat memahami penerapan dan pentingnya untuk kehidupan sehari-hari;
  2. Health Talk dan pemeriksaan kesehatan secara gratis yang menarik keinginan masyarakat untuk lebih peduli kepada dirinya dan sekitar;
  3. Edukasi tentang pentingnya menjaga “Mental Health” untuk kelangsungan hidup;
  4. Menciptakan dan melakukan edukasi bersama produk yang dapat membantu mengatasi jika ada masalah dengan point ketiga.

Kita (masyarakat khususnya pekerja dibidang Asuransi) harus lebih peduli akan hal ini. Jika diliat dari runtutan kejadian akibat kondisi Mental Health yang tidak stabil tersebut bisa saja asuransi (pemerintah ataupun komersil) mengambil langkah untuk menciptakan produk asuransi kesehatan dengan perluasan penjaminan mental health problems yang fokus pada 1) penyembuhan secara psikologis; 2) Skrining pemeriksaan mental; 3) pemeriksaan fisik dan saraf; 4) Pemeriksaan laboratorium dan radiologi sebagai penunjang point kedua; 5) Pemberian wellness product atau medicare yang berfokus pada Kesehatan mental masyarakat; 6) Dimana di dalam point 1–5 sudah mencakup biaya konsultasi, biaya terapi rutin, pemeriksaan fisik, mental dan saraf secara menyeluruh dan obat-obatan yang diperlukan.

Dari yang saya ketahui asuransi komersil kemungkinan bisa menjamin hal-hal di atas dengan kenaikan premi yang telah diperhitungkan sesuai permintaan perluasan tersebut. Saya sendiri pun masih belum menemukan penjaminan terkait hal tersebut, semoga dengan adanya artikel ini dapat membuka peluang bagi asuransi komersil dalam menciptakan produk asuransi yang memiliki manfaat besar bagi bangsa. ***

(Artikel ini bagian dari program “Bulan Menulis Asuransi” dalam rangka Hari Asuransi 2022)

Aida. Alumni STMA Trisaksi, dan saat ini bekerja di PT. KBRU Broker Insurance sebagai staff Teknik EBEN Health.

No Comments

Leave a Reply

Scroll Up