Asuransi seringkali dipersepsikan sebagai sesuatu yang kompleks, membingungkan, dan proses klaim yang rumit. Pengalaman saya menunjukkan bahwa banyak orang memandang industri ini secara negatif, terlebih karena kasus-kasus yang mencoreng reputasi asuransi dan berdampak secara langsung kepada pemegang polis. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK tahun 2022, literasi di sektor asuransi hanya mencapai 31,72%, sementara inklusinya berada di 16,63%. Di sisi lain, literasi sektor perbankan mencapai 49.93% dan inklusi pada level 74.03%. Dengan kata lain, indeks asuransi berada jauh di bawah industri perbankan. Beragam upaya tengah dilakukan guna menggenjot angka literasi dan inklusinya.
Salah satu strategi yang layak diterapkan di industri asuransi adalah gamifikasi untuk meningkatkan awareness masyarakat tentang pentingnya asuransi dalam perencanaan keuangan mereka. Tujuannya membuat proses pembelajaran lebih interaktif dan menarik, sehingga masyarakat lebih terlibat dan memahami dengan lebih baik. Industri e-commerce telah lebih dulu mengadopsi gamifikasi untuk meningkatkan penjualan. Sebut saja Shopee yang menghadirkan berbagai permainan di platform-nya, seperti memecahkan telur, di mana pengguna akan mendapatkan voucher diskon atau gratis ongkir.
Industri asuransi luar negeri, seperti Munich Re dengan aplikasi Re_Drive, telah menerapkan gamifikasi melalui konsep “Pay as you drive” dan “Pay how you drive,” di mana premi asuransi disesuaikan dengan perilaku berkendara. Sederhananya, semakin aman seseorang mengemudi, semakin rendah premi yang dibayarkan, memberikan insentif untuk berkendara lebih aman.
Konsep serupa dapat diterapkan di Indonesia untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman masyarakat terhadap asuransi. Dengan menggabungkan teknologi dan gamifikasi, masyarakat dapat lebih tertarik dan teredukasi mengenai pentingnya asuransi, sekaligus mendapatkan manfaat langsung dari perilaku positif mereka.
Bagaimana konsep gamifikasinya?
Saya sering melihat teman menggoyangkan ponsel atau menyelesaikan permainan teka-teki demi mengumpulkan koin virtual dan mendapatkan voucher atau poin. Jika e-commerce dapat sukses memanfaatkan gamifikasi untuk menarik minat pengguna, saya yakin asuransi juga bisa melakukan hal serupa.
Poin penting dalam gamifikasi mencakup tantangan, poin, papan peringkat, dan level, yang mana meningkatkan motivasi dan kompetisi pengguna. Sebagai pilot project, saya membayangkan sebuah aplikasi atau situs web yang berisi artikel literasi asuransi. Saat pengguna membuka artikel dan membacanya dalam jangka waktu tertentu, mereka akan mendapatkan poin. Setelah membaca, muncul kuis interaktif yang menguji pemahaman mereka terhadap artikel tersebut. Poin dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar yang diberikan.
Konsep ini terinspirasi dari platform pengembangan skill yang menggabungkan pre-test dan post-test setelah materi disajikan. Setelah menyelesaikan post-test, pengguna mendapat sertifikat. Dalam konteks asuransi, poin tersebut dapat ditukar
berupa polis asuransi gratis, voucher diskon, atau merchandise menarik dengan logo edukatif terkait asuransi. Strategi ini dapat memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi, sekaligus mendorong pemahaman yang lebih besar dalam literasi keuangan dan asuransi.
Sebagai contoh, sebuah artikel dapat menjelaskan berbagai situasi yang dapat menyebabkan klaim asuransi kendaraan bermotor ditolak. Misalnya, kerusakan akibat banjir mungkin tidak akan ditanggung jika polis tidak mencakup perluasan jaminan banjir, atau klaim yang diajukan setelah batas waktu pelaporan yang telah disepakati. Setelah membaca artikel tersebut, pembaca mungkin akan melihat pop-up pertanyaan seperti, “Perluasan apa yang melindungi terhadap kerusakan akibat badai?”
Lebih lanjut, isi artikel tidak hanya berfokus pada ketentuan polis asuransi, tetapi juga mencakup langkah-langkah mitigasi risiko dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, tips meletakkan kompor gas di tempat yang aman, memasang instalasi listrik yang benar, atau menggunakan lilin secara aman. Dengan demikian, gamifikasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan penjualan asuransi, tetapi juga membantu menurunkan rasio kerugian dari sisi penanggung, dengan mendorong perilaku tertanggung yang lebih aman dan proaktif.
Tantangan dan solusinya
Dalam praktiknya, biaya untuk merealisasikan konsep ini tidaklah murah. Selain itu, diperlukan tambahan sumber daya manusia untuk mengelola platform serta menulis artikel. Menyederhanakan konsep asuransi yang kompleks juga merupakan tantangan tersendiri. Belum lagi, menjaga keseimbangan antara edukasi dan hiburan pengguna. Kekhawatirannya adalah pengguna hanya fokus pada hadiah, sehingga esensi edukasi dari artikel tersebut gagal tersampaikan. Tantangan lainnya adalah rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan platform ini.
Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain memanfaatkan teknologi gamifikasi yang sudah tersedia, atau berkolaborasi dengan perusahaan lain untuk mengurangi biaya. Dari sisi sumber daya manusia, bisa diterapkan kebijakan di mana praktisi harus menerbitkan artikel edukatif asuransi untuk mendapatkan atau mempertahankan gelar profesinya. Penyederhanaan konten asuransi dapat disajikan dalam berbagai format, seperti video pendek, infografis, atau simulasi kasus nyata. Selain itu, evaluasi harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa pengguna mendapatkan nilai edukasi yang diharapkan, bukan hanya sekadar hiburan. Proyek ini lebih mudah ditargetkan kepada pelajar atau mahasiswa karena mereka lebih melek digital dan literasi, sehingga lebih mudah memahami konten edukatif melalui platform gamifikasi.
Saat magang di perusahaan asuransi, saya mengikuti dua kuis Manajemen Risiko di Quizizz dan memenangkan hadiah, meski baru mulai belajar. Ini membuktikan bahwa gamifikasi efektif dalam meningkatkan kesadaran dan motivasi, bahkan untuk topik sulit seperti asuransi.
No Comments