Search and Hit Enter

BMA 2023: Filosofi Ring of Fire; Bagaimana Asuransi Mengamankan Impian Saya

Oleh: Hanif Sofyan

Berasuransi Itu berteman dengan risiko bukan melawannya”-penulis

Barangkali ide dalam pilihan judul itu saya peroleh karena bertahun-tahun bekerja di lembaga kebencanaan sehingga lekat dipikiran jika di negeri Nusantara yang dijuluki negeri ring of fire (negeri lingkar bencana)–kita harus bersahabat dengan bencana untuk menghindari ancamannya. 

Menurut saya begitu juga cara pandang kita tentang asuransi—risiko hidup (penyakit, kecelakaan, kematian) harus dihadapi agar kita bisa mengantisipasi kemungkinan terburuknya. 

Berasuransi Antisipasi Risiko

Hal yang paling saya ingat dari pengalaman berasuransi adalah saat bekerja paruh waktu menjadi staf perusahaan asuransi saat kuliah. Dihadapkan dengan banyak mindset kuper soal asuransi kita harus taktis berargumentasi. Keputusan orang berasuransi sebenarnya memang untuk mengantisipasi risiko atau memanajemeni risiko (proteksi, keamanan, dan bantuan).

Dalam pengalaman saya sebagai pekerja asuransi, paling tidak dengan adanya asuransi yang dimiliki setiap orang dapat menjadi dana cadangan saat terjadi transisi kondisi keuangan-seperti kasus penyakit, kecelakaan atau kematian. Apalagi jika pemilik asuransinya teryata tulang punggung keluarga. 

Terutama karena kita tidak tahu kapan waktunya risiko hidup alias takdir kita tiba, maka kita juga harus memikirkan adanya proteksi untuk diri sendiri dan keluarga, termasuk melalui asuransi. 

Saat memutuskan memiliki asuransi pertama untuk keluarga, saya niatkan sebagai tabungan yang multimanfaat. Secara disiplin kami mengatur cadangan dana deposit rutin sebesar 20 persen dari gaji bersih, dengan Metode 10-20-30-40. Rencana besarnya adalah tabungan untuk membangun rumah impian yang sedang kami rintis.

Pengalaman menjadi staf perusahaan asuransi menjadi stimulan penting membantu kami mengatur keuangan dan menjaga asset, apalagi saat ekonomi sulit. Sehingga pameo “sedia payung sebelum hujan” menjadi padanan tepat menggambarkan antisipasi terbaik dalam hidup yang penuh dinamika dan risiko. Pengalaman itu sering saya bagikan, saat ngopi bareng teman, meskipun kini tidak lagi bekerja di perusahaan asuransi. 

Tips Manajemen Keuangan Cerdas Ala Frugal Living

Saat ini animo masyarakat dan penetrasi asuransi masih rendah, seperti disampaikan Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Djonieri dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di Indonesia hanya mencapai 2,7%, Singapura (13%), Thailand (4%) dan Malaysia (7%-8%). Fakta ini mengindikasikan perlunya kerja ekstra keras untuk terus mangakselerasi pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya asuransi. 

Meskipun asuransi adalah bagian dari manajemen risiko. Namun masyarakat ternyata belum  memiliki kesadaran yang cukup untuk melakukan mitigasi dalam upaya menjawab dan menanggulangi risiko. Padahal, setiap kali gagal mengantisipasi risiko, terjadi penurunan standar kualitas hidupnya. 

Peran semua pihak menjadi sangat penting, termasuk kehadiran KUPASI (Komunitas Penulis Asuransi Indonesia) – sebuah support group masyarakat asuransi yang membantu mengedukasi dan mensosialisasikan asuransi melalui literasi. Semoga saya beruntung berkesempatan bisa bergabung. 

Sebagai mantan staf perusahaan asuransi, saya secara tidak langsung menjadi bagian dari agen perubahan— mengedukasi masyarakat ditengah problem kesulitan ekonomi, dan pemahaman salah kaprah asuransi, dan kurangnya literasi asuransi.

Tentu saja dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Dalam manajemen keuangan, pengaturan  alokasi dana sangat penting. Kita bisa belajar dari para financial planner seperti Prita Ghozie, dari Zap Finance; Aidil Akbar Madjid & Associates; atau Safir Senduk. Memang kadang-kadang  sangat teknis dan teoritis, tapi patut menjadi pertimbangan kritis kita.

Akan lebih baik jika perencanaan keuangan itu dimulai sejak dini. Mengatur keuangan punya ketrampilan dan tantangan tersendiri, dimulai dari merubah pola pikir kita terlebih dulu. 

Pertama; Ternyata Tidak Harus Cerdas Untuk Mengelola Keuangan; Sebuah tutorial cerdik di Tiktok menawarkan ide brilian—menyediakan seratus buah amplop bernomor 1-100, dan selanjutnya diisi nominal yang sesuai besaran nomornya, ternyata jumlah akhirnya kurang lebih Rp. 5.050.000,- alokasi itu bisa digunakan untuk banyak rencana, termasuk  berasuransi.

Kedua;  Selalu Belajar Merasa Cukup; Jika kita sering abai antara keinginan dan kebutuhan, ada baiknya mempraktekkan pola hidup frugal living; gaya hidup hemat yang memprioritaskan kebutuhan dan mengontrol keinginan. 

Ketiga; Punya Mental yang Kuat; Agar konsisten menjaga gawang keuangan kita. 

Keempat; Gunakan Metode 10-20-30-40; Mengatur budget pos bulanan dengan sistem persentase. Contoh kongkritnya, jika jumlah gaji bersih setiap bulan Rp4 juta, alokasinya; 10 persen (Rp400.000): Dana untuk amal dan hiburan; Kedua; 20 persen (Rp.800.000): Dana untuk tabungan biaya pendidikan, investasi, dana darurat, termasuk dana asuransi. Ketiga; 30 persen (Rp1.200.000 ): Dana untuk membayar atau melunasi cicilan. Keempat; 40 persen (Rp1.600.000): Dana kebutuhan sehari-hari.

Itu hanya sedikit tips dari ribuan tips lain yang ada—intinya semua tergantung pada diri kita sendiri. Untuk mewujudkan impian, bukan mustahil jika cerdas finansial, asuransi bisa menjadi jalan terbaiknya. Proteksi jiwa dapat, cuan juga bisa berlipat.

Saleum

Referensi:
https://www.allianz.co.id/explore/apa-saja-sih-yang-bisa-kamu-asuransikan-cek-kriterianya-di-sini.html
https://finansial.bisnis.com/read/20231019/215/1705689/hari-asuransi-2023-ojk-jabarkan-penyebab-penetrasi-masih-rendah
https://kupasi.org/2023/10/30/bma-2023-tren-asuransi-dalam-perilaku-konsumen-di-era-digital/
https://blog.liveaman.com/artikel/risiko-yang-dapat-diasuransikan/
https://blog.myhero.id/blog/arti-frugal-living-dan-tips-melakukannya-supaya-hidup-bahagia

https://blog.myhero.id/blog/7-cara-mengatur-keuangan-rumah-tangga-dengan-gaji-3-juta
https://www.orami.co.id/magazine/financial-planner

No Comments

Leave a Reply

Scroll Up